Selasa, 13 Februari 2024 | Safecare Admin
Ibadah puasa yang dilakukan dengan benar sebenarnya dapat membawa banyak manfaat positif bagi kesehatan terutama sistem pencernaannya. Namun, kenyataannya masih banyak orang menghadapi masalah pencernaan selama berpuasa.
Hal Ini disebabkan bukan oleh puasa, melainkan karena kebiasaan tidak sehat yang sering dilakukan saat sahur dan berbuka. Kali ini kita akan kupas faktor-faktor penyebab gangguan pencernaan selama berpuasa dalam tulisan berikut.
Setelah menjalani puasa sepanjang hari, tubuh membutuhkan asupan makanan untuk menggantikan energi yang telah hilang. Begitu pula sebaliknya, pada saat sahur dan berbuka di bulan puasa, seringkali dianggap sebagai waktu yang tepat untuk "makan sebanyak-banyaknya".Banyak orang-orang sudah merencanakan makanan apa yang hendak mereka makan, dan berakhir dengan perut penuh. Padahal sebenarnya, puasa itu sama saja dengan hari-hari yang biasa dilakukan, hanya saja waktu makannya yang mengalami perubahan.
Menurut penelitian yang dilakukan Universitas Putra Malaysia, perilaku makan berlebihan tersebut dapat memberikan dampak yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu, sebaiknya jaga asupan makanan tetap terkendali baik saat berbuka maupun saat sahur.
Saat menjalani puasa, tidak jarang terjadi peningkatan berat badan pada sebagian orang. Hal ini dapat mengakibatkan masalah obesitas dan berbagai penyakit yang terkait. Konsumsi makanan berlebih menyebabkan penumpukan lemak dalam tubuh, yang seiring waktu dapat semakin bertambah. Di sisi lain, waktu kerja pada bulan puasa kadangkala mengalami penurunan aktivitas ketimbang bulan lain. Sehingga pembakaran lemak menjadi kurang maksimal.
Oleh karena itu, sangat penting untuk tetap memperhatikan pola makan selama bulan puasa guna meminimalkan risiko kenaikan berat badan dan obesitas yang tidak diinginkan serta menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Salah satu masalah yang sering muncul pada sistem pencernaan selama berpuasa adalah diare. Kesulitan pencernaan ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk asupan makanan yang kurang sehat, seperti makanan berlemak tinggi. Konsumsi berlebihan makanan berlemak saat berbuka puasa dapat merangsang lambung secara berlebihan, mengakibatkan proses pencernaan terganggu dan menyebabkan terjadinya diare.
Salah satu contoh makanan berlemak yang sering dikonsumsi orang saat puasa adalah gorengan. Gorengan mengandung lemak jenuh hasil dari proses menggoreng dengan durasi lama dan minyak yang memenuhi wajan. Apabila dikonsumsi secara berlebihan, tentu makanan ini dapat meningkatkan risiko obesitas dan meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Selain itu, konsumsi berlebihan gorengan juga dapat memperlambat pengosongan lambung, sehingga menyebabkan peningkatan asam lambung dan sensasi panas di tenggorokan.
Durasi puasa sepanjang hari dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dan mengakibatkan dehidrasi. Karena itulah, untuk mencegah hal tersebut tidak terjadi adalah dengan meminum cukup banyak air, agar kebutuhan cairan dalam tubuh dapat terpenuhi.
Dikutip dari situs Kementrian Kesehatan RI, untuk menghindari gejala dehidrasi selama puasa adalah dengan mengonsumsi dua gelas air putih pada saat sahur. Konsumsi air dapat dibagi menjadi satu gelas saat bangun tidur dan satu gelas setelah makan sahur. Selanjutnya saat berbuka puasa, minum dua gelas air lagi. Konsumsi air putih pada saat berbuka puasa membantu menggantikan cairan yang hilang selama aktivitas seharian penuh. Biasakan untuk mendahulukan berbuka dengan air putih baru dilanjut dengan makanan lainnya.
Kemudian disarankan juga untuk minum air putih saat malam hari hingga menjelang tidur sebanyak 4 gelas. Pembagiannya adalah dua gelas air putih saat makan malam, dan dua gelas air putih menjelang tidur. Minum air putih sebelum makan dan sesudah makan dianjurkan membantu melancarkan proses pencernaan makanan agar tidak membebani perut saat tidur.
Sebagai salah satu komponen makanan yang tidak dapat dicerna oleh tubuh, serat memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan pencernaan. Kehadirannya membantu memperlancar proses pencernaan, mencegah sembelit, dan memastikan keseimbangan mikroorganisme dalam saluran pencernaan.
Kurangnya serat dalam makanan selama puasa dapat menyebabkan penurunan frekuensi buang air besar, serta memperberat konsistensi tinja. Hal ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk pembentukan feses keras yang sulit dikeluarkan, sehingga meningkatkan risiko terjadinya wasir atau masalah pencernaan lainnya.
Oleh karena itu, dalam rangka menjaga kesehatan pencernaan ketika sedang berpuasa, sebaiknya konsumsilah makanan yang kaya serat ketika sedang sahur dan berbuka puasa. Contohnya termasuk buah-buahan, sayuran, dan sumber serat lainnya yang dapat membantu menjaga keseimbangan nutrisi selama bulan puasa.
Baca Juga: Cara Mengatasi Masalah Pencernaan Saat Puasa
Saat berpuasa, tubuh mengalami perubahan signifikan dalam frekuensi dan volume konsumsi makanan. Pembatasan waktu makan dapat menyebabkan peningkatan produksi asam lambung di lambung, terutama selama periode waktu antara berbuka dan sahur. Pada saat berbuka, konsumsi makanan dan minuman yang bersifat asam atau pedas dapat memicu produksi asam lambung yang lebih tinggi.
Tinjauan dr. Rizal Fadli dari Halodoc, peningkatan asam lambung ini dapat menyebabkan berbagai gejala gangguan pencernaan, seperti heartburn (rasa terbakar di dada), dan mual. Selain itu, kurangnya cairan tubuh karena kurangnya konsumsi air selama berpuasa juga dapat berkontribusi pada peningkatan keasaman lambung.
Untuk mengatasi gangguan pencernaan yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung selama berpuasa, disarankan untuk memilih makanan yang lebih ringan dan mudah dicerna saat berbuka, menghindari makanan yang dapat merangsang produksi asam lambung berlebih, serta memastikan asupan air yang cukup.
Sebaik mungkin, hindarilah konsumsi kafein, seperti yang terdapat dalam cokelat, teh, kopi, dan minuman bersoda, selama menjalani puasa. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kafein untuk menimbulkan efek diuretik, yang dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi buang air kecil dan mempercepat rasa haus. Selain itu, kafein dapat mengiritasi dinding lambung dan merangsang peningkatan produksi asam lambung. Oleh karena itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi kafein bagi individu yang menderita sakit maag.
Ketika puasa, kita tidak diperbolehkan untuk makan dan minum. Secara otomatis juga tidak boleh mengonsumsi obat-obatan. Nah, yang menjadi masalah adalah ketika kita mengalami gangguan pencernaan, seperti sembelit, mual muntah, dan juga diiringi sakit kepala. Sedangkan waktu berbuka masih panjang, lalu bagaimana penanganannya? Jawabannya adalah dengan mengoleskan minyak angin pada perut dan juga kepala.
Minyak angin terbuat dari berbagai bagian dari tanaman aromatik dengan fungsi untuk meningkatkan kesehatan dan meredakan gejala penyakit umum, baik itu pusing, mual, dan demam. Sehingga gejala sakit kepala dan pencernaan bisa diatasi sementara hingga waktunya mengkonsumsi obat.
Salah satu produk minyak aromaterapi yang bisa Anda andalkan saat ini adalah Safe Care Minyak Angin Forest 10ml. Dengan kemasan yang kompak, minyak angin ini dapat digunakan dimana saja dan kapan saja. Anda bisa gunakan ini untuk meredakan pusing atau sakit kepala yang meradang ketika beraktivitas pada masa puasa berlangsung. Selain itu, Safe Care Minyak Angin Forest 10ml juga dapat digunakan untuk mengobati masuk angin, serta gigitan serangga.
Minyak angin dari Safe Care ini bisa Anda dapatkan di warung terdekat atau marketplace online pilihan Anda. Jadi, ayo tunggu apa lagi? Beli Safe Care Forest sekarang juga!#yangadaSAFenya.
Login dahulu untuk membuat komentar
Belum ada komentar