Selasa, 12 Maret 2024 | Safecare Admin
Fisik yang prima merupakan hal yang sangat penting saat mengemudi, terutama ketika melakukan perjalanan jauh bersama keluarga. Mengapa menjaga kesehatan fisik penting saat mengemudi? Banyak yang menganggap bahwa mengemudi hanya berkaitan dengan keahlian teknis dan kemampuan mengemudi semata. Namun, kesehatan fisik yang kurang baik dapat memiliki dampak serius terhadap keselamatan dan kenyamanan saat berkendara.
Untuk menjawab pertanyaan tentang pentingnya menjaga fisik tetap bugar saat mengemudi, mari kita eksplorasi lebih lanjut pada penjelasan lengkap di bawah ini.
Kelelahan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kecelakaan di jalan raya. Mengemudi dalam keadaan lelah akan menurunkan tingkat kewaspadaan, munculnya rasa mengantuk, bahkan sampai tertidur saat sedang mengemudi atau microsleep. Penilaian terhadap situasi sekitar dan kemampuan mengemudi pun dapat menurun secara signifikan. Lambannya dalam mengambil keputusan juga bisa terjadi saat sedang mengemudi.
Tinjauan Professor Abdulbari Bener dari Cerrahpaşa Faculty of Medicine, Istanbul University and International School of Medicine untuk ScienceDirect, risiko kecelakaan bagi pengemudi yang mengalami kelelahan bisa meningkat hingga 20 kali lipat diau bandingkan dengan pengemudi yang awas atau siaga. Dan juga waktu-waktu yang paling berbahaya bagi pengemudi yang merasakan kelelahan umumnya berada antara tengah malam hingga jam enam pagi.
Salah satu cara untuk mengatasi kelelahan saat mengemudi adalah dengan memastikan tidur yang cukup sebelum memulai perjalanan, dan berhenti untuk beristirahat jika diperlukan. Jika Anda berencana melakukan perjalanan jauh, pastikan untuk istirahat yang cukup sebelumnya. Selama perjalanan, cobalah ketika beristirahat setiap 2-3 jam sekali, regangkan otot kaki dan tangan. Dengan begitu, tingkat kebugaran saat mengemudi tetap terjaga dengan baik.
Penting juga untuk mengenali tanda-tanda kelelahan saat mengemudi sebagai penumpang. Biasanya, seseorang yang merasa kelelahan akan kehilangan kewaspadaan dan sulit merespon percakapan.Jika Anda menemukan atau mengalami tanda-tanda tersebut, segera cari tempat untuk istirahat.
Saat berada di jalan, berbagai insiden bisa terjadi ketika Anda berkendara. Termasuk kecelakaan lalu lintas. Namun, sebagai pengemudi yang baik, ada cara untuk mengurangi risiko tersebut yaitu dengan mengetahui kondisi fisiknya sendiri.
Di Indonesia, regulasi terkait waktu maksimal berkendara telah diatur dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Peraturan ini menetapkan bahwa durasi maksimal mengemudi adalah 8 jam sehari. Aturan ini juga termasuk mereka yang mengoperasikan angkutan umum dan barang.
Secara rinci, idealnya Anda dianjurkan untuk mengemudi selama 4 jam, kemudian diwajibkan untuk beristirahat minimal 30 menit. Aturan dasar ini didasarkan pada penelitian ilmiah yang menunjukkan bahwa manusia membutuhkan waktu untuk memulihkan konsentrasi dan refleks agar dapat menghindari risiko kecelakaan akibat kelelahan atau rasa kantuk yang muncul secara tiba-tiba (microsleep).
Selama ini rupanya banyak orang ketika melakukan perjalanan jauh, tidak mengindahkan posisi mengemudi yang baik. Bagi banyak orang, cara mereka mengemudi, termasuk bagaimana mereka duduk, meletakkan tangan, dan memegang kemudi, biasanya menjadi kebiasaan yang sesuai dengan preferensi masing-masing. Posisi dan teknik mengemudi yang benar dapat mengurangi risiko kecelakaan dan mengurangi kelelahan fisik serta kepenatan psikis. Jadi, seperti apa seharusnya posisi yang ideal?.
Dilansir dari Weekly Safety, posisi duduk yang benar adalah dengan badan tegak membentuk sudut antara 100 hingga 115 derajat. Jok mobil juga harus diatur sedemikian rupa sehingga membentuk sudut yang sama dengan alas duduk.
Lengan dan tangan juga harus dalam posisi santai, tidak kaku, atau menjuntai ke bawah. Posisi siku sebaiknya membentuk sudut antara 110 hingga 115 derajat, sehingga tangan dapat bereaksi dengan baik dalam kondisi darurat.
Hal yang serupa juga berlaku untuk posisi kaki, di mana sudut antara paha dan betis sebaiknya mencapai 110 hingga 120 derajat. Dengan posisi ini, kaki dapat bergerak dengan leluasa dan melakukan gerakan cepat yang diperlukan.
Stres bisa terjadi kapan saja, termasuk saat Anda sedang mengemudi. Selagi Anda menyetir, Anda mungkin menghadapi berbagai situasi yang tidak diinginkan dan menimbulkan beragam emosi negatif seperti kegelisahan, kebosanan, atau rasa tidak sabar untuk mencapai tujuan. Tanpa sadar, keadaan ini bisa mengakibatkan peningkatan sekresi hormon kortisol yang berlebihan dan berpotensi berbahaya jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Tingkat stres saat mengemudi sangat terkait dengan durasi perjalanan. Ini dapat diperparah oleh kemacetan lalu lintas atau kondisi transportasi umum yang terlalu padat dan tidak nyaman. Meskipun memiliki dampak negatif pada kesehatan, stres saat mengemudi seringkali sulit dihindari.
Namun, Anda dapat mengurangi dampaknya dengan mengubah pandangan terhadap durasi perjalanan. Ini merupakan pendekatan yang sederhana namun efektif dalam mengatasi stres dengan menyadari bahwa waktu yang diperlukan untuk perjalanan adalah hal yang tidak dapat dihindari dan merupakan konsekuensi dari jarak antara tempat tinggal dan tujuan Anda.
Nyalakan radio atau musik yang dapat menenangkan jiwa dan menghilangkan stress secara perlahan-lahan. Hal ini cukup efektif dalam mengubah persepsi dari berkendara yang membosankan menjadi menyenangkan.
Mengemudi saat perut kosong memang tidak mengenakkan. Namun, lebih tidak mengenakkan lagi bahkan cenderung berbahaya mengemudi setelah makan dalam porsi banyak. Hal ini dapat meningkatkan kalori dan gula dalam tubuh, memunculkan rasa kantuk yang tiba-tiba. Jika ini terjadi, pengemudi akan kehilangan konsentrasi, yang tentu sangat berbahaya..
Menurut Jenny Tschiesche, seorang Ahli Gizi dari University of London, menyarankan untuk tidak makan terlalu kenyang karena hal itu dapat menyebabkan rasa kantuk saat tubuh mulai mencerna makanan. Tubuh membutuhkan energi untuk mencerna makanan, dalam kondisi ini, wajar apabila muncul rasa kantuk. Makanya, kondisi ini sangat berbahaya jika dilakukan sebelum mengemudi.
Ia menyarankan agar pengemudi memberi waktu sekitar 45 menit hingga satu jam setelah makan sebelum melanjutkan perjalanan. Hal ini bertujuan agar otot perut memiliki waktu untuk mencerna makanan dan menjaga kelancaran pencernaan sebelum memulai aktivitas, termasuk mengemudi.
Tentunya siapapun orang termasuk Anda, menginginkan agar perjalanan berlangsung dengan aman dan nyaman. Namun, seringkali ada situasi yang membuat perjalanan menjadi tidak menyenangkan. Sebagai contoh, getaran kendaraan atau bau asap kendaraan dapat menyebabkan gejala seperti pusing, mual, dan akhirnya menimbulkan rasa mual. Itulah mengapa penting untuk membawa bekal obat pribadi seperti minyak angin.
Menggunakan minyak angin saat hendak bepergian bisa memberikan beberapa manfaat, terutama untuk membantu Anda rileks dan fokus tetap terjaga saat mengemudi. Untuk manfaat yang lebih terasa, pakailah Safe Care Aromatherapy Strong Roll On.
Dilengkapi dengan fitur bola-bola roll-on di mulut botol, minyak angin ini akan meningkatkan efektivitas penggunaannya dibandingkan dengan model biasa. Hal ini bisa terjadi karena sedikit pengolesan saja sudah cukup untuk membasahi bola-bola roll-on tanpa menghabiskan minyak angin di dalam botol. Sehingga menghemat penggunaan minyak didalamnya.
Jadi tunggu apa lagi? Ayo dapatkan Safe Care Aromatherapy Strong Roll On sekarang juga! #yangadaSAFEnya.
Login dahulu untuk membuat komentar
Belum ada komentar