Kamis, 16 November 2023 | Safecare Admin
Panas dalam adalah gejala umum yang sering dirasakan oleh banyak individu. Sering kali, panas dalam terkait dengan ketidaknyamanan pada tenggorokan dan ketidaknyamanan atau rasa sakit saat menelan. Dalam konteks medis, istilah "panas dalam" sebenarnya tidak dikenali sebagai penyakit itu sendiri, melainkan sebagai tanda atau gejala yang mungkin muncul ketika ada masalah pada tenggorokan atau sebagai gejala awal dari paparan virus atau bakteri yang menginfeksi tenggorokan.
Pengobatan tradisional mencatat bahwa panas dalam dapat muncul dan mempengaruhi seseorang setelah mengkonsumsi makanan yang diproses dengan suhu tinggi, seperti daging panggang atau makanan yang digoreng dalam minyak panas. Selain itu, konsumsi makanan tertentu seperti coklat, durian, atau makanan pedas juga dapat menjadi pemicu munculnya panas dalam.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya gejala panas dalam yang perlu diidentifikasi.
Gejala panas dalam dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Berikut adalah beberapa gejala umum panas dalam yang sudah kami rangkum dari situs Healthline tinjauan dari dr. Megan Soliman, MD:
Salah satu gejala utama panas dalam adalah kenaikan suhu tubuh melebihi batas normal. Suhu tubuh normal manusia berkisar antara 36°C hingga 37°C. Pada panas dalam, suhu tubuh dapat meningkat hingga di atas 40°C.
Penderita panas dalam sering merasa sangat panas, berkeringat berlebihan, dan dehidrasi. Keringat adalah salah satu mekanisme alami tubuh untuk mencoba mendinginkan diri, tetapi dalam kasus panas dalam, tubuh seringkali kesulitan untuk mengatasi suhu yang sangat tinggi.
Kulit penderita panas dalam bisa terasa panas, merah, dan kering. Ini adalah respons tubuh terhadap peningkatan suhu. Pada beberapa kasus, kulit bahkan dapat terasa gatal.
Kenaikan suhu tubuh yang drastis dapat menyebabkan sakit kepala. Gejala ini seringkali sangat mengganggu dan membuat penderitanya merasa tidak nyaman.
Peningkatan suhu tubuh yang ekstrim dapat mengganggu fungsi otak dan saraf, yang dapat menyebabkan lemah lesu dan kebingungan. Ini merupakan tanda-tanda serius yang memerlukan perhatian medis segera.
Penderita panas dalam sering mengalami mual dan muntah. Ini dapat disebabkan oleh dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Penyakit panas dalam dapat meningkatkan detak jantung, yang dapat menyebabkan palpitasi atau aritmia jantung.
Penyakit panas dalam dapat memicu kram otot, terutama di daerah kaki dan perut.
Penderita panas dalam sering mengalami perubahan perilaku, seperti kebingungan, agitasi, atau halusinasi. Ini terkait dengan efek panas yang merusak otak.
Dalam kasus yang parah, panas dalam dapat menyebabkan kehilangan kesadaran atau bahkan koma.
Baca Juga: Cara Mengatasi Panas Dalam
Salah satu efek yang seringkali muncul akibat dehidrasi adalah peningkatan suhu tubuh atau panas dalam. Dehidrasi dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti kurangnya asupan cairan, aktivitas fisik yang intens, cuaca panas, penyakit tertentu, atau kehilangan cairan melalui muntah dan diare.
Dilansir dari Healthline, ketika tubuh kehilangan cairan dalam jumlah signifikan, kemampuan tubuh untuk mengatur suhu tubuh juga terganggu. Kehilangan cairan menghambat proses pengaturan suhu tubuh yang normal, sehingga tubuh menjadi lebih rentan terhadap panas dalam.
Ketika suhu udara di sekitar kita naik secara signifikan, tubuh manusia mulai mengalami kesulitan dalam menjaga suhu tubuhnya tetap stabil. Dikutip dari Science Direct, suhu yang tinggi dapat memicu berbagai mekanisme termoregulasi tubuh, seperti berkeringat, untuk mencoba mendinginkan tubuh.
Namun, jika paparan suhu udara yang tinggi berlanjut dalam jangka waktu yang lama, mekanisme ini bisa kewalahan. Akibatnya, suhu tubuh dapat naik secara drastis, menyebabkan panas dalam. Hal ini dapat berdampak serius pada organ-organ vital, seperti otak, jantung, dan ginjal, dan memerlukan penanganan medis segera.
Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik yang sangat berat atau intens, seperti lari cepat, angkat beban, atau bermain olahraga dengan intensitas tinggi, otot-otot dalam tubuh bekerja keras. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan menghilangkan limbah metabolik, tubuh meningkatkan laju metabolisme. Selama proses ini, terjadi perubahan kimia dalam tubuh yang menghasilkan panas sebagai produk sampingan.
Selain itu, aktivitas fisik intensif juga memicu peningkatan denyut jantung dan pernapasan untuk memompa lebih banyak darah dan oksigen ke otot-otot yang bekerja keras. Hal ini juga berkontribusi pada peningkatan suhu tubuh karena aliran darah yang lebih cepat membawa panas ke seluruh tubuh. Sebagai respons terhadap peningkatan suhu tubuh, tubuh juga mengeluarkan keringat sebagai mekanisme pendinginan.
Iritasi pada tenggorokan dapat muncul karena berbagai faktor. Dikutip dari Institutes of Health, diantaranya seperti terpapar polusi udara yang mengandung partikel-partikel berbahaya yang dapat mengiritasi selaput lendir tenggorokan. Selain itu, mengonsumsi makanan atau minuman yang panas dapat menyebabkan iritasi pada tenggorokan, terutama jika suhu makanan atau minuman tersebut terlalu tinggi dan menyebabkan terbakar pada jaringan tenggorokan. Terlalu banyak bicara juga dapat menjadi pemicu iritasi tenggorokan, terutama jika seseorang sering tertawa keras, berteriak, atau berbicara dengan suara keras dalam waktu yang lama.
Perubahan warna pada bagian dalam mulut, umumnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor utama adalah iritasi pada jaringan di dalam mulut. Iritasi ini bisa disebabkan oleh makanan atau minuman panas, pedas, atau asam. Saat makanan atau minuman ini bersentuhan dengan jaringan sensitif di dalam mulut, seperti gusi atau selaput lendir, reaksi kimia dapat terjadi, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan warna dan sensasi panas atau terbakar.
Selain itu, penyebab lain dari panas dalam bisa termasuk cedera, gigitan yang tidak sengaja, atau infeksi. Meskipun panas dalam biasanya bukan kondisi serius, perubahan warna dan rasa panas yang dialami dapat menjadi gejala yang mengganggu dan tidak nyaman bagi seseorang.
Umumnya, tonsilitis biasanya terjadi pada anak-anak. Ketika amandel mengalami peradangan, akan ditandai dengan pembengkakan dan perubahan warna menjadi merah. Biasanya, tonsilitis disebabkan oleh infeksi virus, meskipun ada beberapa jenis bakteri yang juga dapat menjadi penyebabnya. Penanganan tonsilitis biasanya disesuaikan dengan penyebabnya.
Untuk mengatasi pembengkakan amandel, diagnosis yang akurat dan cepat sangat penting. Dalam beberapa kasus, tindakan bedah akan dilakukan untuk mengangkat amandel, terutama jika tonsilitis tidak memberikan respons positif terhadap pengobatan lainnya.
Makanan pedas seringkali menyebabkan sensasi panas dalam tubuh manusia karena mengandung senyawa kimia yang disebut kapsaisin. Kapsaisin adalah zat yang terdapat dalam cabai, merah atau hijau, dan bertanggung jawab atas rasa pedas yang khas. Ketika kita mengkonsumsi makanan pedas, kapsaisin berinteraksi dengan reseptor rasa pedas di lidah dan selaput lendir mulut. Hal ini mengirimkan sinyal ke otak yang menafsirkan sensasi ini sebagai panas.
Senyawa kapsaisin juga dapat merangsang pelepasan endorfin dalam tubuh, yang dapat memberikan perasaan euforia dan meredakan rasa panas sementara. Oleh karena itu, konsumsi makanan pedas bisa menyebabkan panas dalam tubuh karena reaksi kimia yang terjadi pada reseptor rasa pedas dan sistem saraf kita.
Login dahulu untuk membuat komentar
Belum ada komentar