Rabu, 27 Desember 2023 | Safecare Admin
Sebagai bagian organ terluar di bagian tubuh, kulit dapat menghadapi berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah penyakit kulit gatal. Gejala gatal pada kulit merupakan suatu hal yang umum, dan di beberapa situasi dapat sembuh dengan sendirinya, namun juga ada kondisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama, menghambat aktivitas fisik, dan memerlukan penanganan khusus.
Agar dapat memahami akar penyebab serta metode penanggulangan masalah kulit gatal ini, mari kita eksplorasi pembahasannya secara menyeluruh melalui beberapa poin berikut.
Menurut Dokter Kulit dari Houston, Amerika Serikat, Jih Chang, kulit kering disertai gatal-gatal dapat disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan. Faktor genetik memainkan peran penting dalam menentukan kecenderungan seseorang terhadap kondisi kulit tertentu. Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan masalah kulit kering dan gatal, kemungkinan besar mereka akan mewarisi kecenderungan tersebut.
Gen-gen tertentu dapat mempengaruhi produksi sebum, yaitu minyak alami yang dihasilkan oleh kelenjar sebasea di dalam kulit. Kekurangan kelenjar ini dapat mengakibatkan kulit kehilangan kelembaban dan menjadi kering. Selain itu, reaksi alergi atau sensitivitas terhadap lingkungan tertentu juga dapat diturunkan secara genetik, menyebabkan gatal-gatal pada kulit.
Eksim kering, atau dikenal juga sebagai dermatitis atopik kering, adalah bentuk dermatitis atopik yang ditandai oleh kulit kering, kasar, dan cenderung mengelupas. Dermatitis atopik sendiri adalah kondisi kulit kronis yang dapat muncul dalam beberapa bentuk, dan eksim kering adalah salah satu bentuknya.
Kulit menjadi sangat kering dan kehilangan kelembapan alami. Ini dapat membuat kulit terasa kasar dan bersisik. Gatal adalah gejala yang umum pada eksim kering. Rasa gatal dapat menjadi sangat mengganggu dan menyebabkan garukan, yang dapat memperburuk kondisi kulit. Mengenal secara lengkap mengenai penjelasan lengkap Eksim Kering.
Respons alergi merupakan reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu benda atau zat tertentu yang disebut alergen. Alergen ini bisa berasal dari berbagai sumber, mulai dari bahan kimia dalam produk kosmetik dan sabun, polusi udara, debu, asap rokok, hingga makanan dan obat-obatan tertentu, termasuk obat herbal.
Proses terjadinya alergi melibatkan tahapan tertentu dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika seseorang yang rentan terhadap alergi terpapar alergen, sistem kekebalan tubuhnya mengidentifikasi zat tersebut sebagai ancaman. Dalam upaya melindungi tubuh, sistem kekebalan tubuh merespons dengan memproduksi senyawa kimia, termasuk histamin. Reaksi ini dapat memicu berbagai gejala alergi, termasuk gatal-gatal pada kulit.
Alergi kulit dapat muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari ruam kecil hingga bentuk yang lebih parah seperti dermatitis alergi kontak. Beberapa orang mungkin mengalami pembengkakan, kemerahan, atau bahkan lepuh pada kulit sebagai respons terhadap alergen tertentu. Kondisi ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik dan juga dampak psikologis, karena rasa gatal yang persisten dapat mengganggu kualitas hidup sehari-hari.
Ketika seseorang mengalami tingkat stres yang tinggi, kompleksitas respon tubuh terhadap tekanan tersebut melibatkan pelepasan berbagai hormon, di antaranya kortisol. Hormon ini, selain berperan dalam pengaturan stres, juga memiliki dampak signifikan pada sistem kekebalan tubuh dan respons inflamasi. Konsekuensinya, kulit menjadi lebih rentan terhadap perubahan yang dapat memicu reaksi alergi atau peradangan, menciptakan kondisi yang dapat menghasilkan rasa gatal dan kemerahan.
Dilansir tinjauan Dr. Timothy Legg dari Healthline, stres tidak hanya mempengaruhi aspek fisik tubuh, tetapi juga berpotensi mengubah kebiasaan hidup seseorang. Pola tidur yang kurang memadai atau pola makan yang tidak seimbang dapat menjadi dampak langsung dari tingkat stres yang tinggi, dan kedua faktor ini memiliki implikasi serius pada kesehatan kulit. Tidur yang cukup dan makan dengan baik penting untuk menjaga keseimbangan hormonal dan fungsi regeneratif kulit.
Oleh karena itu, menjadi penting untuk mengelola stres dengan efektif guna mencegah dampak negatif pada kesehatan kulit. Dengan melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga teratur, telah terbukti dapat meredakan stres dan meningkatkan kesehatan kulit melalui peningkatan sirkulasi darah dan pengeluaran racun melalui keringat.
Mengutip tinjauan Dr. William Truswell, MD laman kesehatan Verywell Health, cuaca yang dingin memiliki tingkat kelembapan yang lebih rendah daripada cuaca yang hangat atau panas. Keringnya udara pada kondisi tersebut dapat menyebabkan kehilangan kelembaban pada kulit, yang berakibat pada kulit menjadi kering dan gatal.
Lapisan terluar kulit terdiri dari sel-sel kulit mati yang terikat bersama oleh minyak alami kulit. Minyak tersebut berfungsi sebagai pengunci kelembapan di dalam kulit, melindungi kulit dari iritan dan serangan kuman. Kandungan minyak ini juga berperan dalam menjaga kulit tetap lembut, halus, dan elastis karena menjaga kelembabannya.
Pada kondisi udara dingin dan kering, lapisan terluar kulit dapat mengalami kerusakan, sehingga kandungan air mudah hilang dan meninggalkan celah-celah kering yang rentan terhadap iritan dan kuman eksternal. Pembentukan celah-celah ini dan iritasi yang muncul dapat merangsang ujung saraf kulit untuk mengirimkan sinyal gatal ke otak, yang merupakan respons terendah dari persepsi nyeri.
Kondisi ini dapat terjadi saat Anda mengenakan berbagai jenis pakaian, termasuk kain, kancing, dan aksesoris pakaian, yang dapat mengakibatkan iritasi pada kulit. Iritasi kulit ini dapat menyebabkan peradangan yang dikenal sebagai dermatitis kontak alergi, yang umumnya manifestasi dalam bentuk gatal dan kemerahan pada kulit. Bagian tubuh yang paling rentan terhadap reaksi alergi ini biasanya terletak di lipatan lengan, punggung, lutut, dan area selangkangan, yaitu area yang paling sering bersentuhan dengan pakaian dan berisiko mengalami gejala tersebut.
Alergi terhadap bahan atau tekstil pakaian cenderung lebih sering terjadi pada perempuan daripada pria. Karena perempuan umumnya menggunakan pakaian yang lebih ketat dan berwarna-warni. Gejala alergi akibat bahan dan tekstil pakaian biasanya baru muncul beberapa jam atau bahkan beberapa hari setelah penggunaan pakaian yang menjadi pemicu alergi.
Timbulnya sensasi gatal setelah mandi dengan sabun tidak jarang diakibatkan oleh reaksi alami terhadap formulasi sabun yang digunakan. Meskipun demikian, apabila rasa gatal tersebut muncul secara berulang dan menimbulkan ketidaknyamanan yang signifikan, ada kemungkinan besar bahwa penyebabnya bersumber dari alergi atau iritasi terhadap komponen-komponen tertentu dalam sabun tersebut.
Menurut Ahli Dermatologi Mona Gohara dan Daniel Birkin, beberapa jenis sabun mengandung berbagai bahan kimia yang dapat merangsang kulit dan memicu reaksi alergi pada sebagian orang. Beberapa zat kimia dalam sabun, seperti pewangi, pewarna, atau bahan pengawet tertentu, bisa menjadi pemicu reaksi alergi pada individu yang memiliki sensitivitas tertentu terhadap bahan-bahan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi bahan-bahan tertentu yang mungkin menjadi penyebab reaksi kulit setelah mandi.
Selain reaksi terhadap sabun, ada juga kemungkinan bahwa sensasi gatal disebabkan oleh faktor-faktor lain. Reaksi alergi atau iritasi terhadap zat lain di lingkungan sekitar, infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur atau mikroorganisme lain, biang keringat, iktiosis vulgaris, dermatitis seboroik, eksim, dan kondisi kulit lainnya juga dapat menjadi pemicu gatal pada kulit.
Banyak orang mengalami sensasi kulit tangan yang panas atau memerah saat mencuci pakaian dengan deterjen. Sebagai produk pembersih yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, deterjen terdiri dari beragam bahan kimia yang meliputi komponen bersifat pewangi, pelembut, dan pewarna. beberapa dari bahan kimia tersebut, memiliki sifat yang dapat bersifat agresif terhadap kulit, khususnya bagi individu yang memiliki kulit sensitif.
Oleh karena itu, bagi mereka yang sering berinteraksi dengan deterjen, khususnya selama kegiatan mencuci pakaian, disarankan untuk memilih deterjen yang dirancang khusus untuk kulit sensitif atau hypoallergenic. Penggunaan sarung tangan pelindung juga dapat membantu mengurangi paparan langsung deterjen ke kulit.
Login dahulu untuk membuat komentar
Belum ada komentar